Pages

Friday, August 17, 2012

Fenomena Global Arab Spring Pengaruhi Suriah

Fenomena Global Arab Spring Pengaruhi Suriah


Isu Arab Spring yang marak terdengar sejak Desember 2010 secara harfiah diartikan sebagai pemberontakan Negara-negara Arab. Hal ini ditandai dengan munculnya gelombang revolusi melalui berbagai unjuk rasa dan protes yang melanda hampir seluruh Negara-negara Arab.

Untuk pertama kalinya Arab Spring terjadi di Tunisia pada 18 Desember 2010 lalu dan berhasil menggulingkan rezim Presiden Zine al-Abidine Ben Ali. Pemicu awal dari gerakan ini adalah tindakan pembakaran diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi sebagai bentuk protes atas korupsi di lembaga kepolisian dan kesehatan.

Sukses di Tunisia, Arab Spring pun mulai menjalar ke sejumlah Negara-negara Arab lainnya seperto Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Sudan termasuk Suriah. Namun hingga kini rezim Suriah bersikeras masih mendapat dukungan penuh dari rakyat hingga menolak menyerahkan kekuasaan.

Tidak hanya itu sejumlah negara seperti Aljazair, Yordania, Maroko, Kuwait, Lebanon, Mauritania, Lebanon dan Arab Saudi pun ikut bergejolak akibat fenomena Arab Spring yang terjadi di Timur Tengah. Fenomena Arab Spring ini dikenal dengan slogan Ash-sha`b yurid isqat an-nizam atau "rakyat ingin menumbangkan rezim".

Ada satu ciri yang paling menandai fenomena Arab Spring ini yakni dimanfaatkannya situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube  untuk melancarkan kampanye anti-pemerintah sekaligus mengorganisir serta meningkatkan kesadaran akan sensor internet yang diberlakukan pemerintah. Demikian seperti ditulis Wikipedia, Sabtu (18/8/2012).

Selain menggulingkan rezim penguasa Tunisia, Arab Spring diketahui juga berhasil memaksa penguasa Mesir Husni Mubarak menyerahkan kekuasaan yang telah digenggamnya selama lebih dari tiga dekade. Mubarak pun dilaporkan mengundurkan diri pada 11 Februari 2011.

Sosok lainnya yang juga mengumumkan pengunduran dirinya adalah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Presiden Yaman ini bersedia mengundurkan diri dengan catatan dirinya diberikan kekebalan hukum. Permintaannya ini pun secara tidak resmi diterima oposisi Yaman.

Kendati beberapa memilih mengundurkan diri namun pemimpin Libya Muammar Khadafi justru melakukan hal sebaliknya. Hal ini menimbulkan perang saudara di Benghazi dan kematian Khadafi pada 20 Oktober lalu menjadi puncak dari pertempuran ini

Sumber : Okezone.com

No comments:

Post a Comment