Konsep Islam Tentang Pentingnya Belajar Bagi Kehidupan Manusia | Zona Berbagi
Headlines News :
Home » » Konsep Islam Tentang Pentingnya Belajar Bagi Kehidupan Manusia

Konsep Islam Tentang Pentingnya Belajar Bagi Kehidupan Manusia

Written By Unknown on Monday, November 26, 2012 | 6:54 AM



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini.
Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5.     Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini;
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana konsep belajar menurut Islam?
  2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar?
  3. Apa arti penting belajar menurut Al-Qur’an?
  4. Bagaimana cara belajar menurut Islam?
1

BAB II

PEMBAHASAN
Konsep Islam Tentang Pentingnya Belajar Bagi Kehidupan Manusia
        Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setipa orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.[1]
A. Pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar
Belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bukan hanya bersala dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar dan belajar juga dapat memberikan kebaikan kepada manusia.
Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Al-Qur’an dan Hadits mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Dalam Al-Qur’an, kata al-‘ilm dan kata-kata turunnya digunakan lebih dari 780 kali. Ada beberapa ayat yang di wahyukan kepada Rasulullah dalam pentingnya membaca, menulis, dan ajaran untuk manusia.
Ayat yang pertama, yakni:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ      
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-Alaq 1-5)
2
Sejak turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad Saw. Islam telah menekankan perintah untuk belajar. Ayat pertama dapat menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang belajar itu sangat penting agar manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada di sekitanya, sehingga dapat meningkatkan rasa syukur dan mengakui akan kebesaran Allah.
          Menurut Quraisy Syihab (1997), iqra’ berasal dari akar kata yang berarti menghimpun yang artinya menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui cirri-ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak tertulis. Wahyu yang pertama juga tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut dengan nama Allah dan disandarkan kepada Allah (Bismi Rabbik), dalam arti bermanfaat dalam kemanusian.
           Selain Al-Qur’an, Hadits Nabi Muhammad Saw juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdidik. Adapun contoh Hadits mengenai pentingnya belajar dan menuntut ilmu adalah:
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”[2]
B. Arti Penting Belajar Menurut Al-Qur’an
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, adanya kewajiban dalam Islam bagi setiap orang yang beriman untuk selalu belajar. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah pasti terdapat hikmah di dalamnya. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan belajar, antara lain:
1.      Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Dengan demikian orang yang tidak pernah belajar tidak akan memliki ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas. Dalam firman Allah:
3
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar: 9).
2.    Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena     Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Firman Allah:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 36).
3.    Dengan ilmu yang dimilikinya melalui proses belajar mampu mengangkat derajatnya di mata Allah. Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
4
 antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah:11)
C. Cara Belajar Menurut Islam
Dalam Al-Qur’an, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:
  1. Ilmu (perubahan) yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu ladunni). Seperti dalam QS. Al-Kahfi ayat 65, yaitu:
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
  1. Ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (ilmu kasbi) seperi dalam firman Allah Qs. Al-Ra’d: 11:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
5
Menurut Najati (2005), dalam Al-Qur’an cara belajar yang membutuhkan usaha manusia dapat melalui beberapa cara, antara lain:
a. Belajar melalui imitasi: tiruan-tiruan yang sejalan dengan islam,
Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia.
b. Pengalaman Praktis dan trial and error: coba-coba yg hal-hal kebaikan. Karena seseorang tidak punya ilmu tanpa usaha, seperti ijtihad. Benar dapat pahala imitasi yg diajarkan oleh rasulullah.
      Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadap permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
     Hal ini menunjukkan bagaimana Al-Qur’an mendorong manusia untuk belajar melalui pengamatan (observasi) terhadap berbagai objek, pengalaman praktis dalam kehidupan, dan interaksi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi da alam sekitarnya. Semua ini dapat dilakukan dengan cara mengamati melalui pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error) serta berfikir.
c. Berfikir: yang berdasarkan kitab dan akal kita tidak melampaui batas, harus berdasarkan ketentuan-ketentuan Allah dan nas-nas alqur’an.
Berfikir   merupakan   salah   satu   pilihan   manusia   untuk   mencoba
6
 memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005). Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi.
Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami serta merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Salah satu contohnya adalah:
 Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”. (Q.S.Al-Ghasyiah: 17-20)
Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.
Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam sebagai agama rahmah li al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Allah mengawali menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Rasulnya yakni Nabi Muhammad Saw. untuk membaca dan membaca (iqra’) yang merupakan perwujudan dari aktivitas belajar.
Konsep belajar menurut Al-Qur’an dan Hadits yaitu: (1) pandangan Al-qur’an dan Hadits dalam belajar (2) Arti penting belajar menurut Al-Qur’an (3) Cara belajar menurut Islam.


















8
DAFTAR PUSTAKA


Baharuddin, dkk. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran: Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media

Bolgspot. 2008. (Online). Teori Belajar Menurut Islam. http://fisikaumm. blogspot.com.diakes 27 februari 2010

Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.



































9


[1] Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media, hal 30
[2] Baharuddin, dkk. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran: Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 30-32
Share this article :
Disclaimer: Artikel, gambar ataupun video yang ada di blog ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain, dan Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber lain tersebut. Jika kami salah dalam menentukan sumber yang pertama, mohon beritahu kami dengan memberikan komentar yang bijak di bawah ini.

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Huzna Souvenir
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Zona Berbagi - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template