BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa sebagai alat vital dalam penyampaian
pesan, maksud, dan tujuan menjadi wadah paling mudah untuk menyebarluaskan
segala unsur-unsur populer dalam lingkungan masyarakat. Dalam pengertian
ilmiah, bahasa dimaknai sebagai sebuah sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manunisiawi. Secara tradisional, bahasa
merupakan alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti sebagai alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, pada
hakikatnya merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa unsur yang saling
mendukung. Fungsi tersebut mencakup lima fungsi dasar yang disebut expretion,
information, exploration, persuation, dan entertaiment.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar
belakang masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana fenomena penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul
terhadap perilaku remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul / Alay di
Kalangan Remaja
Bahasa Alay hanya bisa muncul akibat adanya
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi.
Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan
mendominasi interaksi tersebut. Maka tak heran apabila suatu bahasa lebih
banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang dalam masyarakat. Bahasa dan
masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang mengisi satu sama lain, karena
adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,
sebenarnya masih ada alat lain untuk berkomunikasi akan tetapi bahasa mungkin
yang terbaik dalam berkomunikasi. Di dalamnya ada penutur dan juga tindak
tutur, bahasa yang bersifat arbitrer dan bersifat universal sangat memungkinkan
utuk melahirkan kata-kata atau padanan baru dalam bahasa tersebut.
Perkembangan bahasa pada masyarakat kita
mungkin sudah sejak dahulu mengalami perkembangan misalnya di era Sembilan
puluhan yang pernah menjadi “trend” yaitu bahasa prokem atau bahasa gaul yang
di populerkan oleh remaja pada waktu itu. Demkian halnya pada remaja saat ini
mungkin kita sudah sangat sering dan sangat familiar sekali dengan yang namanya
komunitas anak layangan atau yang lebih dikenal dengan nama “alay”. Alay itu
sendiri adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak
kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang
paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan
anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum.
Menurut Koentjara Ningrat : "Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang
ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya
tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup
mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, kayak blogger
dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu
masyarakat sekitar".
Menurut Selo Soemaridjan : "Alay
adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik,
hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia
yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV
(sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu."
Alay diartikan “anak kampung”, karena anak
kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan
main layangan. Gejala anak layang ini biasanya ditunjukan dengan cara mengubah
gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan. Anak
layangan atau alay ini sama seperti komunitas lainnya yang memiliki bahasa
tersendiri yang sebagian besar hanya komunitas merekalah yang mengerti dan
memahami tulisan maupun bahasa mereka. Mengapa dikatakan sebagian besar hanya
anak alay yang mengerti bahasa ataupun tulisan mereka, ini dikarenakan bahasa
alay sangat sulit di mengerti atau dibaca oleh orang awam yang tidak biasa
berbahasa alay. Akan tetapi bahasa ini dianggap oleh komunitas alay sebagai
bahasa yang biasa-biasa saja karena simple.
Bahasa Alay ini juga sedikit mengadopsi
sedikit logat – logat ke-melayuan, dan hingga saat ini bahasa ini telah dipakai
untuk SMS , Chatting/jejaring sosial, ataupun untuk penulisan sehari- hari.
Bahasa alay juga banyak digunakan oleh sebagian selebritis dan kalangan remaja
tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini juga merambah kalangan remaja
terutama di kota-kota besar.
Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa
alay cenderung tidak konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk
menghafal dan memahaminya. Bahasa alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa
yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf
dengan angka, memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan
kecil membentuk sebuah kata maupun kalimat.
Remaja pengguna bahasa alay
mayoritasterjadi pada remaja perempuan. Hal ini dikarenakan pada remaja
perempuan lebih “narsis” dari pada remaja laki-laki mulai dari cara berbicara,
menulis hingga kenarsisan dalam bergaya, misalnya kalau di foto biasanya
mulutnya di gembungin/di monyongin, mukanya kadang di keratin, memiliki nama id
Facebook yang panjang dan aneh seperti “ pRinceSs cuTez,sHa luccU”. Selain
karena lebih “narsis” remaja perempuan juga diidentifikasi lebih sering membuka
jejaring social facebook mereka dibandingkan dengan remaja laki-laki yang hanya
sesekali mengapdate facebook mereka, jauh sekali dibandingkan dengan remaja
perempuan yang hampir 5-10 kali sehari membuka jejaring facebook mereka hanya
untuk mengganti foto atau mengapdate status facebook. Dimanapun dan kapanpun
mereka bisa membuka facebook karena dipermudah oleh provider-provider yang menawarkan
banyak aplikasi yang berhubungan dengan jejaring sosial facebook.
B.
Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap
Perilaku Remaja
Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak
ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan
operator yang mengenakan tarif perkarakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk
menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut
semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan
sekarang penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial
tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun
sudah merubah kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata
orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah
dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh
dari yang dimaksud.
Bahasa alay mulai berkembang melalui
jejaring social “facebook” yang terlihat pada wall/dinding di facebook,
coment-coment dan status para pengguna facebook yang mungkin sering kali kita
lihat atau tidak sengaja membaca kalimat yang berbeda dari tulisan biasanya.
Contohnya saja ketika sesorang remaja mengucapkan kata “akuwh yang artinya aku”
atau U” yang berarti kamu”. Contoh lainnya yaitu penggunaan bahasa-bahasa alay
yang dipakai oleh Indra Herlambang dalam memandu acara Kaca Mata “di salah satu
stasiun televisi swasta, Indra mengucapkan kata keren” menjadi krenz” atau,
manis” menjadi kata, maniezt”. Kehadiran jejaring social “facebook” harus diakui
awalnya sangat ikut mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah
populer bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa
campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode,
angka, dan visualisasi. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam
pergaulan media jejaring sosial juga digunakan orang dewasa bahkan lansia.
Semakin lama bahasa ini kian berkembang
sehingga seorang dewasa yang telat memiliki akun menggunakan bahasa alay.
Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem anak muda Ibu Kota, ragam
bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa media
jejaring sosial yang khas.
Dalam pergaulan media jejaring sosial,
bahasa alay dipergunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik,
lucu, aneh bila didengar, yang maknanya bisa jadi bertentangan dengan arti yang
lazim. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin
akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet.
Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis,
karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap
eksis.
Bahasa Alay dapat menyulitkan orang umum
(yang tidak mengerti bahasa alay) untuk membaca tulisan dengan gaya alay misalnya
ketika menulis besok datang ke rumah saya, ditulis dengan b350k dtg k3 hoZz
sAia, sehingga pesan yang disampaikan tidak dimengerti oleh pihak ke dua yang
mengakibatkan pesan sesungguhnya tidak tersampaikan.
Membuat tulisan dengan style alay pada
dasarnya membuang waktu, misalnya saja jika mengetik SMS biasa hanya perlu 1
sekon per huruf, dan total waktu untuk 1 sms berisi 100 karakter adalah 100
sekon, maka dengan diubahnya gaya penulisan sms tadi menjadi alay, secara
otomatis jumlah karakter yang ditulis akan bertambah hingga mampu mencapai
angka 3 kali lipat dari keperluan, dan waktunya menjadi 300 sekon ini jelas
sekali sangat berdampak tidak efisien dan tidak efektif baik dari segi pulsa
maupun waktu.
Jika terbiasa menggunkan penulisan dengan
bahasa alay, pemakai dapat lupa akan bahasa Indonesia sesuai EYD dan ini sangat
tidak baik dan tidak sopan, Misalnya seorang yang mengirimkan pesan singkat
kepada guru atau orang yang lebih tua menggunakan penulisan alay ini menimbulkan
pemikiran oleh orang yang menerima pesan bahwa yang mengirimkan pesan adalah
orang yang tidak sopan dan tidak menghormati orang yang lebih tua.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Tata bahasa Indonesia pada saat ini sudah
banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya
penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas. Jika mereka
tidak menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul.
Salah satu dari penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya
bahasa Alay.
Bahasa Alay secara langsung maupun tidak
telah mengubah masyarakat Indonesia untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Sebaiknya bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang
tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman. Atau pada
komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh
menggunakannya, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia. Namun dengan demikian keberadaan Bahasa Indonesia juga bisa teruji
dengan hal-hal yang baru sehingga bisa lebih menguatkan Bahasa Indonesia itu
sendiri.
B.
Saran-saran
Kami menyadari sebagai pemakalah, mungkin
masih banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Maka, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen Pembimbing dan pembaca
demi perbaikan makalah nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
- Ashadi, Siregar. 2004. Popularisasi Gaya Hidup:
Sisi Remaja dalam Komunikasi Massa. Lifestyle Ecstasy. Idi Subandi
Ibrahim (ed). Yogyakarta: Jalasutra.
- Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
- Buku Mini: Bahasaku Indonesia, Stemmare, dalam
Seminar “Potret Buram Sumpah Pemuda 1928: Digitalisasi Bahasa Indonesia”, Jakarta,
9 Oktober 2010.
- Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !