BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balaghah merupakan ilmu yang membahas
cara-cara menyusun kalimat yang baik dan bernilai tinggi menurut sastrawan dan
salah satu tujuannya adalah untuk dapat berbicara atau menulis dengan teratur
sesuai dengan kondisi dan situasi dan dengan cara yang indah.
Keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya
yang paling menonjol.keistimewaan yang nampak dan sasaran keindahannya ialah
bahasa yang menampilkan khayalan indah, gambaran halus, dan menyentuh kepada
bentuk-bentuk penyerupaan yang jauh antara beberapa hal.
Dalam kali ini, kami akan memaparkan
tentang ‘’Musawah,Ijaz’’ dan ‘’Ithnab’’. Maka dari itu, dalam makalah ini, semua itu, akan di paparkan dengan
jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Amar, Macam-Macam besarta
Contoh-Contohnya ?
2. Pengertian Nahyi, Macam-Macam beserta
Contoh-Contohnya ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalam Insya dan Pembagiannya
Kalam insya menurut pengertian etimologi
adalah mewujudkan. Dan menurut pengertian terminologi dan istilah ulama
balaghah, ialah :
ما لايحتمل الصّدق والكذب
لذاته
“kalimat yang tidak
mengandung kebenaran dan kedustaan bagi zatnya.”.
Dan dari buku lain di jelaskan, bahwa
kalam insya adalah “suatu kalam yang tidak mengandung kemungkinan benar atau
dusta itu di namakan kalam insya”.[1]
B. Pembagian Kalam Insya'
Kalam insya’i terbagi menjadi dua
yaitu insya’i thalabi dan insya’ ghair thalabi
a. Insya’ thalabi adalah kalimat
yang menuntut terjadinya sesuatu, seperti
kalimat perintah, kalimat larangan, kalimat tanya, kalimat panggilan.
b. Insyai ghair talabi adalah kalimat yang tidak menuntut terjadinya
sesuatu,
diantaranya ungkapan kekaguman, ungkapan pujian , ungkapan celaan,
ungkapan sumpah dan ungkapan
pengharapan.
C. Bentuk-bentuk Insya’ Thalabi
Kalam Insya’
Thalabi memiliki beberapa bentuk diantaranya adalah :
1. Amr, yaitu kalam yang menuntut pekerjaan. Contoh: أقيمواالصّلوة
2. Nahy, yaitu kalam yang menuntut cegahan/larangan. Contoh: لاتقربواالزّنا
3. Do’a, yaitu menuntut pekerjaan disertai rasa rendah diri(memohon kepada
atasan). Contoh: ربّنا
اغفرلنا
4. Nida’, yaitu kalam yang menuntut adanya respon dari adanya panggilan.
Contoh: ياغياث
المثتغيين
5. Tamanni, yaitu kalam yang mnuntut/mengharapkan sesuatu yang dianggap
baik walaupun mustahil terjadi.
Contoh: ليت لي فأخج مالا
6. Istifham, yaitu kalam yang meminta jawaban atas pertanyaan. Contoh:
فلولانفر من
كلّ فرقةٍ
D. Contoh-Contoh Kalam Insya’
a. Cintailah orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu
b. Di antara fatwa Al-Hasan r.a. adalah :
لاَتَطْلُبُ مِنَ الْجَزَاءِ إِلاَّبِقَدْ رِ
مَا صَنَعْتَ .
Janganlah kau menuntut balasan kecuali
senilai apa yang kamu kerjakan.
c. Abuth-Thayyib berkata :
أَلاَمَا لِسَيْفِ الدَّ وْلَةِ الْيَوْمَ
عَا تِبًا
فَدَاهُ الْوَرَى أَمْضَى السُّيُوْفِ
مَضَارِبَا
Perhatikanlah, hari ini tidak ada seorang
pun yang mencela Saifud-Daulah.Semoga seluruh manusia menebusnya dengan
pedang-pedang yang paling tajam.
d. Hasan bin Tsabit berkata :
يَا لَيْتَ شِعْرِيْ وَلَيْتَ الطَّيْرَتُخْبِرُنِى
مَاكَا نَ بَيْنَ عَلِيٍّ وَابْنِ عَفَّانَا !
Semoga syairku dan burung itu memberitahukan
kepadaku apa yang terjadi antara Ali dan Ibnu Affan.
3
e. Abuth-Thayyib berkata :
يَا مَنْ يَعِزُّعَلَيْنَا أَنْ نُفَا
رِقَهُمْ
وِجْدَ انُنَا كُلَّ شَيْءٍ بَعْدَ كُمْ عَدَ
مُ
Wahai orang yang bagi kami sulit berpisah
dengan mereka, apa pun yang kami dapatkan setelah ( perpisahan dengan)-mu
adalah tidak ada (bagi Kami).
f. Ash-Shimmah bin Abdullah berkata :
بِنَفْسِيَ تِلْكَ الأَرْضُ مَا أَطْيَبَ
الرُّبَا
وَمَا أَحْسَنَ الْمُصْطَا فَ
وَالْمُتَرَبَّعَا !
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan
alangkah indahnya sebagai tempat peristirahatan di musim panas dan musim semi.
g. Al-Jahizh berkata tentang kitab :
أَمَّابَعْدُ فَنِعْمَ الْبَدِيْلُ مِنَ
الزَّلَّةِ الإعْتِذَارُ ,وَبِئْسَ الْعِوَضُ مِنَ التَّوْبَةِ الإِصْرَارُ
Setelah itu, maka sebaik-baiknya pengganti
dari ketergelinciran adalah berdalih, dan sejelek-jeleknya pengganti dari tobat
adalah terus-menerus melakukan maksiat.
h. Al-habib Abdullah bin Thahir berkata :
لَعَمْرُكَ مَا بِا لْعَقْلِ يُكْتَسَبُ
الْغِنَى
وَلاَبِاكْتِسَا بِ الْمَا لِ يُكْتَسَبُ
الْعَقْلُ
Demi usiamu, kekayaan itu tidak dapat diperoleh dengan
akal, sebagaimana akal pun tidak dapat diperoleh dengan harta.
i. Dzur-Rummah[2]berkata
:
لَعَلَّ انْحِدَارَ الدَّمْعِ يُعْقِبُ
رَاحَةً
مِنَ الْوَجْدِ أَوْيَشْفِى شَجِيَّ
الْبَلاَبِلِ
Barangkali cucuran air mata itu dapat menjadi penawar
kerinduan atau dapat menyembuhkan kegelisahan dan kesusahan yang memenuhi dada.
j. Seorang penyair berkata :
عَسَى سَائِلٌ ذُ وْحَاجَةٍ إِنْ
مَنَعْتَهُ
مِنَ الْيَوْمِ سُؤْلاً أَنْ يَكُوْنَ لَهُ
غَدُ
Barangkali orang yang meminta kepadamu
suatu permintaan di hari ini mempunyai kebutuhan ketika engkau tidak
melayaninya, dikhawatirkan keadaannya berbalik, besok adalah hari untuknya.
-
Pembahasan
Seluruh kalimat pada contoh-contoh di atas adalah kalam insya’ karena
semuanya tidak mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan.
Bila kita perhatikan, maka contoh-contoh itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama adalah kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki keberhasilan
sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan. Oleh karena
itu, kalam insya’ yang demikian disebut sebagai kalam insya’thalabi. Adapun
kalimat pada contoh-contoh kalam insya’ bagian kedua tidak digunakan untuk menghendaki
terjadinya sesuatu, dan oleh karenanya disebut sebagai insya’ghair thalabi.
Kalau kita perhatikan kalam insya’thalabi pada
contoh-contoh bagian pertama, maka akan kita dapatkan bahwa insya’thalabi yang
berupa amr (kata perintah) seperti dalam contoh pertama, ada yang berupa nahyi
(kata larangan) seperti pada contoh kedua, ada yang berupa istifham (kata
tanya) seperti pada contoh ketiga, ada yang berupa tamanni (kata untuk
mengharapkan sesuatu yang sulit terwujud) seperti dalam contoh keempat, dan ada
yang berupa nida’ (kata yang didahului dengan seruan) seperti pada contoh
kelima. Itulah macam-macam insya’thalabi yang akan kita bahas lebih lanjut.
Dan bila kita perhatikan contoh-contoh bagian kedua,
kita dapatkan pada beberapa bentuk kalam insya’, ada yang berbentuk ta’ajjub
(kata yang menunjukkan rasa takjub) seperti pada contoh keenam, ada yang
berbentuk al-madh wadz-dzamm (kalimat yang menyatakan pujian dan celaan).
DAFTAR PUSTAKA
Al- Jarim,Ali
dan Musthafa Usman.2006 .Terjemahan AL- Balaaghatul
Waadhihah. Hal.246-263 . Bandung: Sinar Baru AL- Gesindo.
10
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !