BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan dan
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan dan proses pendidikan tidak akan
berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai
kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran.
Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi
guru.
B.Rumusan Masalah
Dalam hal ini, pemakalah akan membahas
tentang :
A.Dasar Pemikiran
B.Konsep, Jenis, dan Strategi Inovasi
C.Proses Pengembangan dan Keputusan Inovasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Dasar Pemikiran
Inovasi
berasal dari kata latin innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata
kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu
perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang
ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana. (Ihsan: 1991).
Inovasi ialah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal
yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam
rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Istilah perubahan dan
pembaruan ada perbedaan dan persamaannya. Perbedaannya, kalau pada pembaruan
ada unsur kesengajaan. Persamaannya yakni sama–sama memiliki unsur yang baru
atau lain dari sebelumnya.
B.Konsep, Jenis, dan Strategi Inovasi
Pengembangan
kurikulum harus mengacu pada sebuah konsep umum, yang berisikan hal – hal yang
diperlukan dalam pembuatan keputusan[1]
-Asumsi
Asumsi yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan
pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterprestasikan dengan
cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan,
kurikulum yang tidak berimbang, dan inovasi jangka pendek dapat dihindarkan.
Dalam
konteks ini, kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai
hasil-hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rencana mengenai
tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum
terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuens
bebagai kegiatan belajar).
Konsekuensi
lebih jauh dari keharusan penggunaan dasar teoritis untuk pengebangan kurikulum
adalah pada pembelajaran (instruction). Pembelajaran adalah proses mengajar,
yaitu menyiapkan longkungan mengajar agar siswa dapat berinteraksi dengan
orang, benda, tempat, dan ide melalui penyampaian kurikulum. Berkaitan dengan
hal tersebut, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan yang
kompleks, mulai dari penilaian kebutuhan, identifikasi hasil-hasil belajar yang
diharapkan, serta persiapan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan pemenuhan
kebutuhan budaya, sosial, dan personal.
Sebagai
usaha mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan, pemerintah terus-menerus
malakukan berbagai perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan kurikulum. Beberapa
pembaruan jenis (inovasi) yang telah dilakukan dikemukakan di bawah ini.
1.
Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)
3
Sejak lama
bahkan sejak kemerdekaan repblik Indonesia ini, kurikulum di Indonesia disusun
secara terpusat. Sekolah kurang bahkan tidak diberi ruang yang cukup untuk
mengembangkan kurikulum sendiri. Sekolah dan tentu saja guru hanya berfungsi
sebagai pelaksana kurikulum yang seluruhnya di atur oleh pusat, mulai isi
pelajaran, system penilaian bahkan waktu pemberian materi pelajaran kepada
siswa melalui bentuk kurikulum yang bersifat matriks. Baru sejak tahun 2006,
terjadi perubahan kebijakan pemerintah mengenai kurikulum seiring dengan
diberlakukannya undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional. Kurikulum tidak lagi sepenuhnya diatur oleh pusat, akan tetapi
ditentukan oleh daerah masing-masing melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar nasional pendidikan
(BSNP). Dilihat dari adanya perubahan system manajemen kurikulum itulah, maka
dapat kita katakan bahwa pemberlakuan KTSP merupakan salah satu bentuk inovasi
kurikulum yang ada di Indonesia. Tidak demikian dengan KTSP sebagai kurikulum
operasional, disusun dan dikembangkan
oleh sekolah sesuai dengan kondisi daerah.
2.
Penyelenggaraan sekolah lanjutan pertama terbuka (SLTPT)
SLTPT
terbuka merupakan sekolah menengah umum tingkat pertama yang kegiatan belajarnya dilaksanakan sebagian besar di luar gedung sekolah.
4
Penyampaian pelajaran dilakukan dengan
memenfaatkan berbagai media sebagai pengganti guru, misalnya dengan menggunakan
paket belajar berupa modul dan pemanfaatan media elektronik seperti radio.
SLTPT
terbuka diselenggarakan untuk meningkatkan pemerataaan pendidikan, khususnya
bagi lulusan SD yang ingin melenjutkan pendidikannya, akan tetapi tidak dapat
merealisasikan niatnya disebabkan factor geografi, social dan ekonomi. Ciri-ciri
SLTPT terbuka adalah sebagai berikut:
a. Terbuka bagi peserta didik tanpa
pembatasan umur dan syarat-syarat akademis.
b. Terbuka dalam memilih
program belajar untuk mencapai ijazah formal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jangka pendik yang bersifat praktis, incidental dan individual (perorangan).
c. Dalam prosees belajar mengajar bersifat terbuka yang tidak selalu
harus diselenggarakan di dalam kelas mellui
tatap muka dengan guru, akan tetapi dapat dilakukan di luar kelas sesuai dengan
kesempatan masing-masing dengan belajar melalui berbagai media, seperti fadio,
media cetak, film, foto dan lai sebagainya.
d. Peserta didik dapat secara bebbbbas
mengikuti program belajar sesuai dengan kesempatan yang tersedia.
5
e. SLTP Terbuka dikelola
secara terbuka, dengan melibatkan pegawai negeri, para tokoh masyarakat, orang
tua peserta didik dan pamong pemerintah setempat.
Tujuan yang
ingin dicapai oleh SLTP Terbuka adalah agar lulusan:
a. Menjadi warga negara yang baik sebagai
manusia yang sehat, dan kuat lahir dan
batin.
b. Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan di sekolah dasar.
c. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajaran
ke sekolah lanjutan atas dan untuk tujuan ke masyarakat.
d.
Meningkatkan disiplin siswa.
e. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan
hasil pelajaran dengan media.
3.Pengajaran melalui modul
Pengajaran
melalui modul merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan yang pernah ada di
Indonesia yang digunakan dalam berbagai penyelenggaraan pendidikan baik formal
maupun non formal.
Dalam
konkeks pembelajaran, modul dapat diartikan sebagai suatu unit lengkap yang
berdiri sendiri yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai
sejumlah tujuan yang
6
dirumuskan secara khusus dan jelas. Dalam
sebuah modul durumuskan suatu unit pengajaran secra jelas, dru mulai juruan
yang harus dicpai, petunjuk pembelajaran atau rangkaian pembelajaran atau
rangkaian kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa, materi pembelajaran
sampai kepada evaluasi beserta pedoman menentukan keberhasilannya. Dengan
demikian, melalui modul siswa dapat belajar mandiri (self instructon), tanpa
bantuan guru.
Kennedy
(1987) juga membicarakan tentang strategi inovasi mengemukakan tiga jenis
strategi inovasi, yaitu: power coercive (strategi pemaksaan), rational
empirical (empirik rasional), dan normative-re-educative (pendidikan yang
berulang secara normatif).
Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan
kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan
kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak,
ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan
kondisi dan keadaan
serta situasi
yang sebenarnya di mana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang
peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan
perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.
Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri
sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata
dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara
aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.
7
Strategi
inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi
ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya
sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini
inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang
terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di sekolah, para guru
menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal
yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman
guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan
dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan
pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi
yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat
pelaksanaan inovasi tersebut.
Jenis
strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu
strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti
Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya, yang
menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan
sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Dalam
pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan
penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya
dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar
mengajar di sekolah, para guru sebagai
pelaksana inovasi berulang
8
kali melaksanakan perubahan-perubahan itu
sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang
demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan
hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat
porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang
dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan
kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai.
C.Proses
Pengembangan dan Keputusan Inovasi
Proses pengembangan
inovasi terdiri dari semua keputusan dan aktivitas, dan dampaknya, yang terjadi
dari pengenalan terhadap suatu kebutuhan atau suatu
masalah, melalui penelitian, pengembangan , dan pengkomersilan suatu
inovasi, melalui difusi dan adopsi dari suatu inovasi oleh pengguna, dengan
segala konsekuensinya. Berikut langkah-langkah utama dalam proses pengembangan
inovasi:
1. Pengenalan Masalah (Problem) atau Kebutuhan (Need)
Proses pengembangan inovasi biasanya mulai dengan
pengenalan masalah atau kebutuhan, yang merangsang kegiatan-kegiatan penelitian
dan pengembangan yang didesain untuk menciptakan inovasi dalam rangka memecahkan
masalah atau memenuhi kebutuhan itu.
Contoh kasus di bidang pendidikan, dulu bagi orang-orang yang berada
jauh dari pusat kota agak mengalami kesulitan untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke-
9
jenjang perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor jarak, biaya
dan dari segi efisiensi waktu. Seiring dengan berjalannya waktu, para pakar
pendidikan dan para praktisi di bidang teknologi akhirnya menemukan satu
inovasi baru untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengadakan pendidikan
jarak jauh.
2. Penelitian Dasar dan Penelitian Terapan
Sebagian besar inovasi yang telah diteliti dalam
penelitian difusi adalah inovasi teknologi, dan istilah teknologi sering
digunakan sebagai sinonim dari inovasi. Adapun teknologi terdiri dari komponen
keras (hardware) dan komponen lunak (software). Komponen keras dapat
berupa produk, perangkat, atau material
lainnya, sedangkan komponen lunak berupa pengetahuan, keterampilan dan
prosedur, prinsip-prinsip dasar dari suatu peralatan itu.
Dasar ilmu
bagi teknologi biasanya diperoleh dari penelitian dasar (basic research), yang
didefinisikan sebagai penelitian orisinil untuk pengembangan ilmu pengetahuan
yang tidak bertujuan pada penerapan masalah-masalah praktis.
Penelitian
terapan terdiri dari penelitian-penelitian ilmiah yang ditujukan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu pengetahuan diletakkan pada hal yang
bersifat praktis untuk mendesain sebuah inovasi yang akan mengatasi masalah
atau kebutuhan yang dirasakan. Para peneliti terapan adalah pengguna utama
penelitian dasar. Jadi suatu penemuan merupakan hasil dari serangkaian (1)
penelitian dasar diikuti oleh (2) penelitian terapan menuju pada (3)
pengembangan.
10
Ada juga
penemuan yang tidak disengaja, yang disebut “serendipity”. Contoh dari
serendipity ini adalah Rogaine, penumbuh rambut untuk laki-laki berkepala botak
yang dijual oleh Perusahaan Upjohn. Di pertengahan tahun 1980-an, para pekerja
R&D Upjohn menemukan Monoxidil, obat yang melebarkan arteri tubuh dan
mengurangi tekanan darah. Yang mengejutkan para pekerja R&D pada proyek
Monoxidil ditemukan bahwa rambut mereka telah mulai tumbuh dengan subur.
Sebagai suatu penelitian, mereka menggunakan sedikit Monoxidil pada lengan
bawah mereka. Rambut tumbuh dengan tebal. Monoxidil melebarkan pembuluh darah,
membawa darah lebih banyak ke akar rambut, dan merangsang pertumbuhan rambut
mereka.
Contoh lain di bidang pendidikan, penelitian untuk menemukan suatu
metode pembelajaran tertentu yang efektif bagi anak sekolah dasar dalam
pembelajaran matematika misalnya, hingga hasil dari penelitian tersebut dapat
diterapkan bagi anak-anak sekolah dasar dalam belajar matematika.
3. Pengembangan
Akronim penelitian dan pengembangan atau R&D
menunjukkan pengembangan selalu didasarkan pada penelitian.
Meskipun sebenarnya sulit
memisahkan antara penelitian dan pengembangan tetapi penelitian dan
pengembangan adalah fase-fase yang berbeda dalam proses pengembangan inovasi.
11
Pengembangan
suatu inovasi merupakan proses pembentukan sebuah ide baru dalam bentuk yang
diharapkan memenuhi kebutuhan-kebutuhan audiens dari adopter-adopter yang
potensial. Fase ini biasanya terjadi setelah penelitian tetapi sebelum inovasi
yang berasal dari penelitian.
Dalam mengatasi ketidakpastian inovasi, maka sistem
penukaran informasi inovasi teknologi merupakan suatu komponen penting yang
mempengaruhi inovasi. Para pekerja R&D (litbang) harus bekerja keras untuk
memperoleh dan mempergunakan informasi; data tentang tampilan inovasi yang
mereka buat dan pasarkan, tentang bahan-bahan dan komponen-komponen yang sedang
mereka jadikan inovasi, informasi tentang inovasi-inovasi pesaing, sifat
paten-paten yang ada yang
berhubungan dengan inovasi yang mereka usulkan,
kebijakan pemerintah yang mempengaruhi inovasi yang mereka ajukan, dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh para konsumen di pasaran dan bagaimana
inovasi yang diajukan bisa membantu pemecahan beberapa masalah-masalah ini.
Karena itu hampir semua proses pengembangan inovasi dikendalikan oleh
pertukaran informasi teknis menghadapi ketidakpastian tingkat tinggi. Dalam suatu inovasi besar pada dunia industri seringkali mendorong
pengembangan industri baru secara keseluruhan.
Contoh di bidang pendidikan, kemajuan di
bidang teknologi di bidang animasi dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi
animation learning yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di
sekolah-sekolah.
12
4. Komersialisasi
Komersialisasi
adalah pemroduksian, pemabrikan, pengemasan, pemasaran, dan pendistribusian
suatu produk yang mewujudkan suatu inovasi. Inovasi merupakan perubahan sebuah
ide dari penelitian menjadi sebuah produk atau jasa untuk dijual di pasar.
Tidak semua
inovasi berasal dari sebuah penelitian dan pengembangan, melainkan bisa saja
muncul dari praktek seperti praktisi-praktisi tertentu yang mencari solusi baru
bagi kebutuhan/ masalah mereka. Contoh di bidang pendidikan, produk animation
learning setelah melalui uji coba dipasarkan untuk diadopsi oleh para calon
pengguna.
5. Difusi dan Adopsi
Salah satu
keputusan yang paling penting dalam seluruh proses pengembangan inovasi adalah
mulai difusi menyebar inovasi kepada adopter-adopter yang potensial. Salah satu
dari yang paling penting dalam proses pengembangan inovasi adalah keputusan
untuk memulai menyebarkan inovasi kepada para peneliti bekerja sama dengan agen
pembaru.
Di satu
sisi, biasanya ada tekanan untuk menyetujui suatu inovasi untuk difusi sesegera
mungkin, sebagaimana masalah/kebutuhan sosial perlu mendapatkan prioritas
penyelesaian. Dana publik bisa digunakan untuk melakukan penelitian dan
dukungan dana investasi publik hingga inovasi diadopsi
13
oleh pengguna. Di sisi lain, reputasi dan
kredibilitas agen perubahan di mata kliennya hanya merekomendasikan inovasi
yang akan memberikan keuntungan bagi adopter. Para ilmuwan biasanya sangat
berhati-hati bila tiba saatnya untuk menerjemahkan penemuan mereka ke dalam
bentuk praktek.
6. Konsekuensi
Fase
terakhir dalam proses pengembangan inovasi adalah konsekuensi dari suatu
inovasi, didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi pada individu atau sistem
sosial sebagai akibat adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi. Berikut
masalah/kebutuhan orisinil yang memulai proses keputusan inovasi diatasi atau
tidak.
Konsekuensi dari sebuah produk di bidang pendidikan,
contoh animation learning di atas setelah dikomersilkan dan melalui
proses difusi akan memiliki
konsekuensi untuk dapat diterima atau ditolak oleh para adopter.
Menurut
(Rogers, 1983) , proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu:
(1)
Tahap Pengetahuan / Knowledge
Proses
keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi
tentu dilakukan secara aktif bukan pasif.
14
Begitupun
seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya berdasarkan
pengamatanya tentang inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat atau
mungkin juga kepercayaanya. Adanya
inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh, tapi mungkin
juga terjadi karena seseorang butuh Sesutu maka untuk memenuhinya dibutuhkan
inovasi.
Setelah
seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi,
maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tantang inovasi itu bukan
hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetap juga ada tahap yang lain
bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek
tertentu dari inovasi.
(2)
Tahap Bujukan/ Persuation
Tahap ini
berlangsung ketika seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai
membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada
tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada
tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Dalam tahap
persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa dating. Perlu ada kemampuan untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan
situasi yang ada.
15
Untuk mempermudah proses mental itu, perlu
adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi
inovasi.
(3) Tahap
Keputusan/ Decision
Pada tahap
ini berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk
menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya
akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Menurut Rogers
adoption (menerima) berarti bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh,
sedangkan menolak berarti “ not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat
dicobakan secara parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi
ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut pada
keadaannya dan
setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut. Walaupun begitu,
penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini.
Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive
rejection.
-
Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan
berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak
inovasi tersebut.
- passive rejection individu tersebut sama
sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.
16
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara
pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi berjalan bersamaan. Satu dengan
yang lain saling berkaitan.
(4) Tahap
Implementasi/ Implementastion
Pada tahap implementasi dari proses keputusan inovasi
terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi.
Sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi
membawa sesuatu yang baru apabila tingkat ketidakpastiannya akan terlibat dalam
difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah
pada tahapan ini. Maka si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen
perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa
proses keputusan inovasi ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan
lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah
suatu organisasi, karena dalam sebuah
inovasi
jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan
lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Penemuan
kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan
tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah
inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau
implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan dan
inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di ociala-ide baru
ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang
sudah ada.
17
Rogers juga
menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah
inovasi dilaksanakan.
(5) Tahap
Konfirmasi/ Confirmation
Dalam tahap
konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusanya.jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi selanjutnya.
Ketika
Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas
keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila
si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi
tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal
seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat
keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan
penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu .
Ketidakberlanjutan
dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara. Pertama atas
penolakan individu terhadap inovasi. Keputusan jenis ini dinamakan replacement
discontinuance. Yang kedua dinamakan ocialantment discontinuance. Dalam hal ini
individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil
dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin
disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. Sehingga tidak
merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.
18
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Inovasi
ialah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang
ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam
rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan.
Beberapa
pembaruan jenis (inovasi) yang telah dilakukan dikemukakan di bawah ini:
1.
Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
2.
Penyelenggaraan sekolah lanjutan pertama terbuka (SLTPT)
3.
Pengajaran melalui modul
Kennedy
(1987) juga membicarakan tentang strategi inovasi mengemukakan tiga jenis
strategi inovasi, yaitu: power coercive (strategi pemaksaan), rational
empirical (empirik rasional), dan normative-re-educative (pendidikan yang
berulang secara normatif).
Menurut
(Rogers, 1983) , proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu: (1)Tahap Pengetahuan / Knowledge, (2)Tahap Bujukan/ Persuation, (3)Tahap
Keputusan/ Decision, (4) Tahap Implementasi/ Implementastion, (5) Tahap Konfirmasi/ Confirmation
19
DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Drs. 2004. Perencanaan Dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Renika Cipta .
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2007. Dasar –
Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of
Innovasion. New York: The Free Press A Divison of Macmillan Publishing
Co.Inc.
Subandijah. (1993). Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
20
[1]
Hamalik, Oemar.
Prof. DR. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya. hal. 186-191.
2
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !